Taecyeon menepikan
mobilnya dan mengajak Yoona untuk keluar dan duduk-duduk di kap mobil. Ia
bingung harus mengajak Yoona kemana, jadi ia putuskan untuk berhenti disini. Di
sebuah jalan yang sepi dan berdampingan dengan sebuah tanah lapang yang di
sebrangnya persis ada Namsan Tower.
Taecyeon
memberikan Yoona sekaleng kopi hangat dan berdehem sejenak.
“Yoona-ssi,
ng, kau tidak apa-apa aku ajak keluar hari ini?” Bodoh! Taecyeon memaki dirinya
sendiri. Pertanyaan bodoh apa yang baru saja ia ucapkan tadi.
Yoona
terkekeh, “Tentu saja tidak apa-apa. Memang ada apa kau mengajakku?”
Skak!
Yoona langsung bertanya pada intinya. Dan Taecyeon harus sibuk menenangkan
jantungnya sendiri.
“Sebenarnya
ada yang ingin aku bicarakan padamu.” Yoona sibuk mengantisipasi. Jangan sampai
dugaannya benar.
“Yoona-ssi,
aku menyayangimu. Dan, ng, would you be mine?”
Dan
akhirnya dugaan Yoona terbukti juga. Sekarang ia sibuk mencari jawabannya sendiri.
Ia merasa bingung. Karena rasanya berbeda saat Taecyeon mengatakan hal ini dan
Kyuhyun yang memintanya menjadi pacarnya. Kenapa ia harus merasa bingung
sementara waktu itu ia langsung menyetujuinya. Dan kenyataan bahwa ia merasa
nyaman di dekat Kyuhyun juga semakin membuatnya bingung.
“Taecyeon-ssi,
aku juga menyayangimu, tetapi rasa sayangku hanya sebatas dongsaeng dan oppa.
Tidak ada yang lebih. Maaf jika jawabanku mengecewakanmu.”
Taecyeon
tertunduk, menata sendiri hatinya yang sedang drop. Ia menatap Yoona dan
tersenyum. Ia menarik lengan gadis itu dan merengkuhnya.
“Terimakasih
karena kau sudah berusaha jujur.”
Satu sisi Yoona merasa jahat, tapi kalau ia
menerima semua ini, bukankah ia akan terlihat lebih jahat? Yoona tidak berkata
apa-apa dan membalas pelukan Taecyeon.
***
Sungguh,
hal bodoh apa yang sedang Kyuhyun lakukan. Ia terlihat seperti psikopat dengan
membuntuti mobil yang Yoona tumpangi. Oh, mobil itu menepi. Kyuhyun langsung
membuat jarak dan berhenti agak jauh dari mobil itu. Ia memperhatikan dengan
seksama.
Ia
terkejut saat mendapati Taecyeon keluar terlebih dulu kemudian disusul oleh
Yoona. Mereka bertumpu di kap mobil Taecyeon dan berbicara saesuatu. Tentu
Kyuhyun tidak bisa mengerti atau menangkap sedikitpun apa yang sedang mereka
bicarakan.
Sampai
akhirnya Kyuhyun melihat Taecyeon memeluk Yoona dan Yoona tersenyum membalas
pelukan Taecyeon.
Tiba-tiba
saja ia sudah tidak berminat menjadi psikopat lagi, ia langsung menggas
mobilnya meninggalkan tempat itu secepat yang ia bisa.
***
Gedung
SM.Ent masih sepi sekali pagi ini, tapi Eunhyuk justru sangat menyukainya.
Karena dengan begini ia bisa bebas berlatih tanpa harus berbagi jam dengan
trainee yang makin hari makin membludak. Kebijakan SM memang sedikit kejam,
mereka menyuruh trainee berlatih selama enam bulan, lalu diadakan penyeleksian.
Tentu masa trainee ini tidak semudah kelihatannya. Harus berlumur keringat,
tarik otot dan tangisan akibat rasa lelah yang luar biasa.
Eunhyuk
melenggang pelan kearah ruang latihan, saat ia mendengar ada suara musik dari
ruang latihan SNSD. Ia tahu ia tidak diizinkan masuk ke ruang latihan
perempuan, tapi suara musik itu mengganggunya, lagipula ini masih pagi, tidak
ada yang akan melihat.
Ia
mengintip dari balik pintu. Aneh, ruangannya sepi. Hanya ada lagu dan… satu
gadis. Hyoyeon. Gadis itu kelihatan kelelahan, tangannya bertumpu di kedua
lututnya. Nafasnya tersengal. Kemudian, ia berdiri tegap lagi dan memulai
latihannya lagi. Eunhyuk merasa ada yang tidak beres.
Dan benar
saja, tidak lama kemudian Hyoyeon kehilangan keseimbangannya dan tersungkur di
lantai.
“Hyoyeon-ssi!”
Eunhyuk bergegas masuk dan menyanggah tubuh Hyoyeon. Hyoyeon masih mengatur
nafasnya dan menatap kearah Eunhyuk.
“Oppa?”
Hyoyeon segera melepaskan sanggahan Eunhyuk, tapi justru Eunhyuk yang
menahannya.
“Berhentilah
bersikap kuat.”
“Ani, aku
bisa.” Hyoyeon terus mengelak dan mencoba berdiri sebisanya.
“Lihat!
Aku bisa, kan?”
Eunhyuk
tidak berkata apa-apa. Ia tahu sebentar lagi Hyoyeon pasti akan jatuh, karena
kedua lututnya sudah bergetar saking lelahnya. Ia juga melihat ada lingkar
hitam di sekitar mata Hyoyeon.
“Oppa,
sebaiknya kau— aww!” ringis Hyoyeon sambil terduduk memegangi kedua lututnya.
“Baboya.”
Eunhyuk
langsung menyingsingkan celana training Hyoyeon dan mengurut lutut Hyoyeon.
“Aww!
Bisa lebih pelan, kan?” ringis Hyoyeon.
“Yah! Kau
mau menggilas lututku? Sakit sekali!” kali ini ringisannya ditambah dengan
memukul pundak Eunhyuk.
“Selesai.”
Hyoyeon
girang dan langsung memegangi lututnya. Ternyata urut ala Eunhyuk memang ampuh,
rasa sakitnya sudah tidak begitu lagi.
Dengan
lega ia berbaring di lantai dan mencoba mengatur nafas akibat Eunhyuk yang
mengurutnya seperti memakai tenaga sumo.
“Kau
tidak tidur?”
“Aku
tidur.”
“Berhenti
berbohong.”
“Itu kau
tau jawabannya.”
Eunhyuk
memanyunkan bibirnya kesal. Masih saja Hyoyeon seperti dulu.
“Jangan
terus menyiksa dirimu sendiri.”
“Aku suka
dance.”
“Siapa
bilang aku tidak suka dance?” kali ini Hyoyeon yang manyun.
“Dance
itu tidak untuk membuatmu seperti orang gila dengan terus-terusan berlatih
tanpa henti.”
“Oppa kau
berbakat menjadi appa.”
“Aku
memang akan menjadi appa.”
“Benarkah?
Selamat. Berapa anakmu?”
“Aku
ingin tiga.”
“Kenapa
tidak empat? Nantinya kau bisa membuat regu futsal.”
“Yah!”
ternyata saat Eunhyuk berbalik dan menatap Hyoyeon, gadis itu sudah tertidur
pulas sambil meringkuk kearahnya. Eunhyuk bingung harus melakukan apa, akhirnya
ia justru berlatih di ruangan SNSD.
Setelah
kelelahan berlatih dance, ia ikut berbaring di sebelah Hyoyeon. Ia melirik
kearah adidas yang sedang melingkar di lengan kirinya. Masih jam lima pagi.
Tiba-tiba saja ia merasa sangat mengantuk dan puncaknya ia menguap lebar-lebar.
Dan akhirnya ia pun tertidur.
***
Donghae
terkejut saat ia tidak menemukan Eunhyuk yang seharusnya ada di tempat latihan
mereka seperti biasanya. Ia mencoba untuk menelepon, tapi tidak ada jawaban. Ia
mendatangi satu per satu tempat latihan teman-teman satu manajemen, tapi tidak
ada.
Sambil
terus mencoba menelepon Eunhyuk, Donghae mencari ke semua ruangan latihan.
“Hyung,
sedang apa?” Tanya Minho yang kebetulan baru datang untuk latihan.
“Aku
sedang mencari Eunhyuk, Minho-ya, bisakah kau bantu aku mencari dia?”
“Hmm.
Baiklah.”
Awalnya
mereka hanya mencari di sekitar ruangan latihan pria, tapi Minho curiga saat
pintu raungan latihan SNSD tidak tertutup rapat dan terdengar sayup-sayup lagu
dari dalam sana. Sebenarnya ia hanya berharap ada noona yang bisa membantunya
mencari orang bawel itu.
“Noona
noo—“ Minho tidak jadi melanjutkan kalimatnya karena ia melihat sesuatu yang
amat teramat menggemparkan jika sampai hal ini bocor ke media.
“Donghae-hyung!
Aku mendapatkan apa yang kau cari!”
“Jinjja?”
Donghae bergegas menghampiri Minho yang sedang senyum-senyum sendiri. Kenapa?
“OMO!”
pekik Donghae tiba-tiba setelah ia tahu alasan kenapa tadi Minho tersenyum sendiri
seperti orang setengah waras.
“Hyung,
mereka cocok, ya?” Tanya Minho sempat-sempatnya.
“Aigo,
ini berbahaya bagi kesehatan.” Minho mengernyit tidak mengerti, tapi setelah
itu Donghae langsung menghampiri Eunhyuk yang sedang tertidur meringkuk
menghadap Hyoyeon. Mereka sudah seperti sedang melakukan pemotretan sampul
drama saja dengan pose seperti itu.
“Hyukjae,
Hyukjae, ireona. Hyukjae.” Panggil Donghae pelan di telinga Eunhyuk. Ia tidak
ingin membuat Hyoyeon ikut terbangun.
Eunhyuk
akhirnya mulai membuka mata dan menyadari kehadiran Donghae.
“Hae? Kau
ada disini?”
“Yah! Kau
sadar tidak kita dimana?”
“Rumah
Beyonce?”
“Babo!
Hyukjae bangunlah, kau tidur di tempat yang salah.”
Eunhyuk
mulai mengingat sesuatu, tik tok tik tok, cling! Ia ingat dimana ia terakhir
berada.
“HAH! Ini
ruang latihan SNSD, bukfphh—“ Minho sengaja langsung membekap mulut Eunhyuk
karena ia nyaris berteriak tadi.
“Pintar!
Ayo keluar.”
Mereka
semua bangkit berdiri dan hendak meninggalkan ruangan ketika Eunhyuk mengingat
sesuatu.
“Sebentar.”
Eunhyuk berbalik dan melepas sweaternya, kemudian ia selimutkan sweaternya di
tubuh Hyoyeon.
Donghae
sebenarnya kagum sangat kagum malah pada sahabatnya itu, tapi ia rasa ini tidak
berakhir mudah.
***
“Bagus,
ulah apalagi yang kau lakukan kali ini, Hyukjae?” sindiran keras dari petinggi
SM.Ent, Lee Soo Man, itu memekakan telinga seluruh anggota SJ.
Kali ini
akibat Eunhyuk yang tertidur bersebelahan dengan Hyoyeon di ruang latihan pada
pagi hari, ia dipanggil untuk mendapat semacam hukuman, tapi untungnya ia tidak
sendiri karena member SJ yang lain ikut memaksa masuk ke dalam ruangan milik Lee
Soo Man.
“Kau tau
bahayanya kalau sampai berita ini keluar? Kau bukan trainee lagi Hyukjae,
berhentilah main-main. Kau sendiri yang menegaskan hubungan kalian sudah
berakhir, jadi berhentilah bersikap kekanak-kanakan dengan menginginkan
semuanya sesuai kemauanmu.” Tohok Soo Man lagi sambil membenarkan letak
kacamatanya. Ia menatap Eunhyuk yang sedang asik membuang muka keluar jendela.
Ia tahu Eunhyuk tidak bermaksud melanggar, tapi peraturan tetap peraturan. Ia
harus menerima skorsing.
“Kau tau
konsekuensinya? Baiklah, jadi kau kena skorsing tiga minggu tidak bisa latihan
di gedung utama. Kau bisa berlatih di SM Tin-Tin Hall. Dan mulailah bersikap
dewasa.”
“Dan
berhetilah berlebihan CEO Soo Man-ssi.” Tiba-tiba saja Heechul yang dari tadi
diam angkat bicara.
“Aku yang
akan menjamin anak itu untuk tidak berulah lagi. Jadi, berhentilah memberi
hukuman yang berlebihan. Lagipula, mereka tidak membat skandal heboh.” Ujar
Heechul dingin sambil menentang mata Soo Man.
“Kim Hee
Chul seberani apa kau bisa menjamin anak ini?”
“Kau tau
sifatku, aku mau berarti harus kudapat. Kalau aku tidak suka, aku buang.
Gampang, bukan?
Soo Man
terkekeh geli mendengar kekeras kepalaan Heechul. Berpikiran frontal, tidak
bertele-tele dan sangat memegang janji. Inilah yang petinggi SM itu dapat lihat
dari pribadi seorang Kim Hee Chul.
“Baiklah,
karena dia sudah kau jamin, aku turunkan hukumannya menjadi seminggu.”
“Dan
sekarang tugasmu untuk menjelaskan maksud artikel ini.” Todong Heechul langsung
sambil memberikan selembar artikel yang ia gunting dari majalah bisnis dunia, Forbes.
Lee Soo
Man mengamati isi artikel tersebut, mengerutkan dahi lalu kembali ke sikap awal
khas miliknya, tidak peduli.
“Apa yang
harus kujelaskan?”
“Apa ini
statementmu?”
“Ne.”
“Jangan
berfikir kami akan berhenti hanya karena artikel atau statement murah darimu.
Saranku, berhentilah dengan metode anak emas, karena itu kuno dan menjijikan.”
Heechul langsung bangkit berdiri dan mengawali anggota yang lain untuk keluar
dari ruangan milik Lee Soo Man.
“Aku
butuh bicara, berkumpul di dorm sekarang juga!” perintah Leeteuk serius. Mereka
semua mengangguk dan langsung menuju mobil masing-masing.
***
“Heechul-ssi,
apa artikel itu mengenai—“ buka Leeteuk setelah semua member berkumpul di ruang
tengah. Kebetulan Kibum juga datang karena jadwalnya sedang libur.
“Iya, itu
artikel tentang gosip yang mengatakan kalau Super Junior adalah boyband dengan
member sisa dari yang tidak lolos audisi TVXQ.”
“Heechul-ssi—“
Leeteuk menggantungkan kalimatnya dan menatap lurus kearah Heechul. Semua
member diam, tidak berani membuka suara. Mereka cukup tau diri, ini adalah
pembicaraan sesama leader SJ. Dan memang sudah lama mereka menganggap Heechul
sebagai vice leader dari Leeteuk, karena kadang Leeteuk terlalu lelah dengan
jadwal MC miliknya. Jadi, urusan dorm kadang jatuh ke tangan Heechul.
“Terimakasih.”
Hanya sebaris kalimat itu yang keluar dari mulut Leeteuk, kemudian ia langsung
memeluk Heechul. Padahal awalnya semua member mengira Leeteuk akan memarahi
Heechul karena sudah bersikap kurang sopan di depan CEO SM.
“Hyung,”
panggil Donghae yang membuat keduanya langsung menatap Donghae. Kemudian dengan
satu gerakan yang hamper bersamaan, semua member saling berpelukan membentuk
lingkaran seperti teletubbies dengan Leeteuk dan Heechul sebagai pusatnya.
“Hyung,
terimakasih.” Ucap Eunhyuk dengan sedikit malu-malu.
“Sudah
kewajibanmu berterimakasih.”
“Yah! Aku
tidak ingin kalian merengek saat kita lelah. Arasso?” seru Heechul tiba-tiba.
“Neee,
hyung.”
A/N: terimakasih buat semua supportnya. keep reading guys.