Chapter 3:
Unreasonable Pain
“Yoona-ya!” seru seseorang membuat Yoona
memutar tubuhnya dan melihat kearah sumber suara.
“Donghae-oppa,” sapanya kembali dan saat itu
juga senyum di bibirnya ikut tertarik manis.
Donghae refleks memeluk Yoona dan menepuk
pelan punggung gadis itu.
“Kebetulan sekali kita bertemu disini. Apa
yang sedang kau lakukan disini, Yoona-ya?”
“Aku dengan yang lain sedang mengerjakan
sebuah project untuk SM. Lalu,
bagaimana dengan oppa? Oppa sedang apa disini?”
“Hmm, katakan saja aku juga memiliki urusan disini.”
Yoona memutar bola matanya menghadapi
Donghae. Donghae adalah kakak kelasnya ketika ia menjadi seorang mahasiswa. Ia
banyak belajar dengan Donghae, bahkan tugas akhirnya pun ditutori langsung oleh
Donghae.
“Donghae-oppa!” panggil Sooyoung sembari menghampiri
mereka.
“Sooyoung-ah.”
“Oppa, benarkah resort yang kami sewa itu
milikmu?” tanya Sooyoung dengan wajah serius.
“Bukan milikku, tapi kakekku.”
“Ah, itu sama saja. Lalu, sedang apa kalian
berdua disini?”
“Kami sedang mengobrol saja.”
Setelahnya mereka bertiga larut dalam
percakapan hangat, justru acara awal mereka untuk hanya makan malam otomatis
terganti.
Dan setelah bertahun-tahun tak bertemu
dengannya, Yoona baru menyadari Donghae telah berubah menjadi lebih dewasa dan
tentu wajahnya yang ramah dan manis tidak bisa dipungkiri oleh tiap gadis.
Dan sepanjang malam itupun mereka saling
bertukar cerita, menertawakan setiap kejadian yang tidak begitu penting, namun
entah karena apa ketika Donghae yang bercerita Yoona merasa semuanya terlihat
lebih menyenangkan dan menjadi cukup lucu untuk ditertawakan.
Dan untuk kesekian kalinya Kyuhyun
mengalihkan pandangannya. Walaupun bola mata hitamnya selalu jatuh pada titik
yang sama. Kedua orang itu sungguh mengganggunya malam ini. Tanpa ia sadari
rahangnya mengatup geram dan sorot matanya menyiratkan ketidaksukaan.
***
Keesokan harinya mereka bersiap menuju tempat
pemotretan pertama, yaitu di desa Trunyan. Daerah yang kental dengan budaya dan
legenda asli Bali. Mereka tidak bermaksud untuk menjelajahi desa itu, mereka
hanya akan berfoto di sekitar pantainya, karena pantai di Kuta sudah lebih dari
penuh.
Beruntung karena resort milik keluarga
Donghae memiliki jasa tour guide,
jadi mereka tak perlu menyewa lagi ataupun tersesat.
“Donghae-oppa?” Tanya Yoona heran ketika
mereka semua hendak masuk kedalam mobil travel, tetapi Donghae juga ada disana.
“Tidak perlu heran begitu, aku akan memandu
kalian. Percayalah, aku kenal Bali.” Jawab Donghae mantap dan semua hanya
membalasnya dengan kekehan kecil.
Ketika Yoona masuk kedalam van travel,
ternyata bangku kosong hanya ada tepat di sebelah Kyuhyun yang kebetulan duduk
paling belakang. Yoona menghela nafas kemudian melanjutkan langkahnya menuju
bangku belakang.
Ia sempat melirik Kyuhyun yang masih sibuk
mengatur sesuatu di kamera miliknya, tanpa memiliki topik pembicaraan, Yoona
akhirnya hanya melempar pandangannya keluar jendela.
Tiba-tiba Yoona mendengar bunyi klik! Dan
ketika ia menoleh, kamera milik Kyuhyun terarah persis di hadapannya.
“Oppa?”
“Hmm? Aku hanya mengetes kameraku.”
Tidak ada pembicaraan lagi yang berlanjut setelah
itu.
***
Untuk bisa mencapai tempat tujuan pemotretan
mereka, mereka harus menyewa sebuah mini
boat, karena jika mereka menggunakan sampan,
oh-God-it’s-not-a-honeymoon-trip.
Kyuhyun sengaja duduk di buritan dan menjajal
kameranya. A little kind of stretching.
Sementara yang lainnya berada di sisi lain kapal. Mengobrol dan membuat
kegaduhan dengan tawa-tawa yang sangat mother’s
like.
Ketika tidak ada lagi yang bisa ditertawakan,
Yoona memilih untuk berdiri dan melihat pemandangan laut lepas sekaligus
bersantai.
Ia sangat rileks dan out off guard, dan saat boat itu bermaksud menghindari sebuah
karang yang menonjol di tengah laut dengan cara membanting arah haluan, Yoona
terhuyung dan langsung terjatuh ke dalam air, sementara boat itu masih berusaha
untuk menghentikan lajunya.
Ia tidak melihatnya, tapi ujung matanya
selalu terfokus pada gadis itu. Pengawasan kecil yang entah tak bisa ia
hilangkan sekalipun mereka tidak lagi bersama.
Kyuhyun melihat tubuh gadis itu terhuyung,
dan hal selanjutnya yang ia tau adalah ia sudah menceburkan diri ke dalam laut
dan mencoba meraih tubuh mungil itu.
Namun ketika ia dapat merasakan pinggang
gadis itu, ternyata Yoona sudah dalam keadaan mengambang sempurna. Gadis itu
tidak apa-apa. Damn! Ia lupa Yoona expert dalam hal ini.
Well, don’t
blame him,
ia hanya mengikuti impuls refleks yang ia rasakan ketika melihat Yoona
terjatuh.
“Oppa?” tanyanya heran dan itu cukup membuat
Kyuhyun tersadar dari pemikirannya.
“You do
scare out of me,” gumam Kyuhyun kecil sambil melepaskan rangkulan di
pinggangnya dan bermaksud untuk menepuk bahu gadis itu, namun ketika ia
mendekat Yoona sedikit menjauh dan itu membuat Kyuhyun urung melanjutkan
tangannya.
“Yoona! Kyuhyun! Kalian baik-baik saja, kan?”
teriak Sooyoung dari atas kapal bahkan ketika kapal itu belum sempurna
menghampiri mereka.
Yoona mengangguk dan mengangkat tangannya
memberi isyarat ia baik-baik saja. Ia mengerjap sedikit karena rambutnya yang
jatuh di hadapan matanya membuat ia sedikit kesulitan melihat apa yang terjadi.
Dan ketika tangan Kyuhyun terangkat untuk
merapikan anak poni miliknya, kali ini Yoona tidak menolak. Ia membiarkan
Kyuhyun melakukannya.
***
“Oh
girl, should it be something hidden through you guys two?” Tanya Sooyoung
sambil memberikan secangkir es kelapa pada Yoona. Yoona sendiri masih berbalut bathrobe milik Tiffany. Dear, it’s glad she brought it with her.
Yoona mengerling dan menatap Sooyoung dengan
tatapan ‘okay, what now?’
“Come
on Yoona, kau tidak lihat ia tadi menyelamatkanmu. Should I emphasize it? Me-nye-la-mat-kan-mu.”
Yoona hanya memutar bola matanya dan menatap
seorang yang menjadi topik pembicaraan mereka. Ia masih mengenakan kaus yang
sama. Dan angin bertiup not to mention
sedikit kencang, ia hanya khawatir Kyuhyun akan masuk angin karena baju basah
itu.
“Ehm,
mind if I’m join in?” Tanya Donghae sambil berdeham.
“Aeee~ untuk apa kau meminta izin begitu
oppa? Huh? Huh?” ledek Sooyoung sambil terus menaik-turunkan alisnya jahil.
“Berhenti lakukan itu atau kau ku sikut dari
hotel kakekku,” Donghae ‘menggeram’ kesal.
Melihat itu Sooyoung tertawa terbahak dan
mereka pun melanjutkan perbincangan mereka, sambil menunggu pemotretan selesai
dilakukan.
***
Kyuhyun lebih dari merasakan kepala
berdenyut, mungkin ini efek dari baju basah yang ia kenakan. Tapi, lebih dari
itu ia juga merasa amat terganggu, okay,
lagi-lagi dua figur yang sedang berbagi tawa disana yang menjadi alasan kenapa
Kyuhyun merasa amat terganggu.
Dan satu hal yang ia tau pasti. Ia ingin hari
ini segera berakhir.
***
Setibanya di kamar hotel, Yoona bergegas
menuju kamar untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Sementara Kyuhyun
langsung menjatuhkan tubuhnya diatas sofa lipat, tempat ia tidur selama di
hotel itu.
Ia memegangi keningnya, sedikit memijatnya
berharap rasa pusing sialan itu berkurang, ia juga memjamkan matanya berharap
tidur membawanya kemudian mengganti memori tentang dua figur bahagia yang ia
lihat tadi siang dengan mimpi indah. Ah, wish
is just wish.
Kyuhyun terbangun saat ia merasakan ada
usapan lembut di pipinya, seperti memintanya untuk segera membuka mata. Dan
ketika ia melakukannya, ia langsung dihadapkan pada wajah khawatir milik Yoona.
“Oppa, haruskah kita ke dokter?”
“Tidak perlu. Biarkan aku tidur dan besok aku
akan baik-baik saja.”
“Kalau begitu, kau minum dulu obat ini
kemudian tidur di kamar, ne?”
Kyuhyun hanya mengangguk cepat karena ia
memang sangat membutuhkan tidur saat ini.
Baru saja ia akan merebahkan lagi kepalanya
diatas bantal, lengan Yoona sudah lebih dulu mencengkram bahu Kyuhyun.
“Aku bilang kau tidur di kamar.”
“Tidur dimanapun tidak akan berpengaruh.”
“I beg
you.”
For a swift
moment, when their gazes met and the closeness didn’t matter, mereka
hanya tetap dalam posisi seperti itu. Tidak ada yang lebih dulu melakukan
sesuatu.
***
Yoona mengintip dari balik bahu Kyuhyun yang
masih asik dengan dunia laptopnya, only
to frown waktu ia tau ternyata Kyuhyun sedang memandangi foto seorang
gadis.
“Oh coba lihat, siapa dia? Mengapa ia bisa
secantik itu? She’s surely a goddess.”
Ucap Yoona se-sarkastik yang ia bisa.
Kyuhyun terperanjat dan menoleh ke belakang,
menatap Yoona yang kali ini sudah melipat kedua tangannya di depan dada.
“Oh, hei, kau sudah pulang?” balas Kyuhyun kikuk.
“Hmm-hmm, aku baru saja pulang. Oh, is it bothered you? I’ll go to my room so.”
Yoona sudah akan mengambil langkah, namun
ternyata Kyuhyun lebih cepat.
“Eits, don’t
be such a green-eyed, baby. Aku tau kau cemburu, tapi aku hanya sedang
melakukan editing.”
“Editing memerlukan wajah kagum? Oh dear, you must be fallin’ love with that
girl.” Entah apa yang membuat Yoona menjadi mudah cemburuan akhir-akhir
ini. Mungkin saja karena ia melihat semua schedule
Kyuhyun minggu ini penuh dengan pemotretan bersama wanita seksi, single dan berkelas. Agh, it drives her crazy.
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya karena,
sungguh ia ingin tertawa terbahak-bahak sekarang juga. Ini sangat langka untuk
melihat Yoona cemburu, karena yang ia tau Yoona bukan tipe seperti itu. Dan ia
menyukai momen ini.
“Duduklah,” ajak Kyuhyun dan Yona langsung
duduk dengan memberi jarak satu lengan dari tempat Kyuhyun duduk.
“Hei, what’s
with the distance?” Tanyanya heran.
“Tidak apa-apa.” Jawab Yoona singkat.
Yoona bermaksud hanya diam dan memperhatikan
apa yang Kyuhyun kerjakan, dan Kyuhyun tidak sungkan untuk melanjutkan lagi
pekerjaannya. Ia mulai mengedit disana dan disini, disitu, dimana-mana.
Awalnya Yoona bermaksud acuh, tapi ketika
foto itu kian berganti dan pose wanita yang oh-God-it-must-be-bleed-boys-up,
hatinya terasa panas, keningnya berdenyut menandakan alert. Tangannya mengepal
dan rahangnya mengatup keras, dan sebelum ia bisa menyadari apa yang ia
lakukan,
BUK!!
Satu bantal sofa sudah melayang dan jatuh
tepat diatas kepala Kyuhyun. Kyuhyun meringis dan menatap kearah Yoona, “Hei,
ada apa ini?”
Tapi Yoona lebih suka memunggungi Kyuhyun dan
meredam emosinya.
“Yoona-ya!” Kyuhyun meraih lengan atas gadis
itu agar Yoona berbalik menghadapnya.
Kyuhyun dapat melihat dengan jelas pipi Yoona
merah padam, dan ia tau itu menandakan Yoona benar-benar annoyed over something. Okay,
mungkin sudah bermain-mainnya untuk saat ini.
“Hei, hei, Yoona, dengar...” Kyuhyun
merapatkan tubuhnya lebih dekat pada Yoona namun lagi-lagi gadis itu melempar
pandangannya.
“Ehm, Yoona-ya, apa kau, kau cemburu?”
Mendengar kata itu, Yoona langsung memutar
kepalanya dan menatap Kyuhyun, “Aku tidak cemburu, aku ‘sangat terganggu’.”
Balas Yoona sambil menekankan intonasi pada kata ‘sangat tergganggu’.
That’s it, Kyuhyun
tidak bisa menahannya lagi, ia tertawa kencang dengan pengakuan Yoona dan itu
sungguh membuat Yoona jauh lebih terganggu.
“Ya! Berhenti tertawa! Berhenti kubilang!”
namun saat mendapati Kyuhyun tetap saja tertawa, Yoona lantas memberinya
pukulan-pukulan frustasi yang jatuhnya tidak fokus.
“Aw! Ya, Yoona-ya! Hei, ya!” ia mulai
merasakan nyeri juga akibat pukulan Yoona, tapi rasanya Yoona masih bersemangat
memukuli pacarnya itu.
Beruntung pukulan Yoona tidak fokus, jadi
mudah saja bagi Kyuhyun untuk menangkap kedua lengan itu. Kyuhyun menangkap
kedua lengan itu dan menariknya hingga ke belakang lehernya. Yoona masih
berusaha melepas genggaman Kyuhyun, namun saat jarak wajah mereka hanya tinggal
beberapa inci, Yoona berhenti dan tertegun.
“Aku minta maaf, ini bukan mauku untuk
memotret semua gadis itu.”
Yoona hanya menatap Kyuhyun dan mendapati
tatapan lelaki itu menghangat. Entahlah, tiba-tiba saja semua rasa cemburu itu
menguap begitu saja.
Kyuhyun melepaskan genggaman tangannya pada
lengan Yoona dan beralih merangkul pinggang gadis itu, sementara Yoona masih
melingkarkan kedua lengannya disana.
Kyuhyun mendekatkan wajahnya dan mulai
menutup mata, sekaligus menutup jarak diantara mereka berdua, dan yang bisa
Yoona rasakan selanjutnya hanya kedua bibir Kyuhyun yang lembut menyentuh
sepasang miliknya.
***
Keduanya sama-sama terperanjat dan melempar
pandang, kedua pipi mereka bersemu. Entahlah kebetulan atau tidak, keduanya
sama-sama teringat momen itu.
Kyuhyun yang pertama kali tersadar, langsung
bangkit berdiri dan mengusap tengkuknya tidak nyaman.
“Aku akan tidur di kamar kalau begitu.”
Ucapnya singkat dan ia pun langsung bergegas menuju kamar hotel.
Ketika pintu kamar itu ditutup, Yoona menghela
nafas lega.
***
Kyuhyun bergegas menuju kamar dan menutup
pintunya. Namun setelah itu ia bukannya langsung tidur, tapi ia justru
menyandarkan punggungnya di daun pintu. Ia memegangi dadanya yang berdebar
cukup kencang, “Damn!” makinya kecil,
entahlah ia berusaha untuk mengakui atau lagi-lagi menghindar bahwa tanpa ia
sadari detaknya itu masih milik Yoona.
***
Cerahnya matahari mulai merangsek masuk lewat
celah-celah jendela bungalow kecil mereka. Menandakan pagi sudah siap.
Yoona mengerjapkan matanya sebentar, ia tidak
ingin bangun. She’s not the morning type
actually. Ia menggerutu kecil dan melanjutkan tidurnya, ia merapat pada
tubuh yang hangat di hadapannya, ia juga bisa merasakan ada lengan yang
merangkul pinggangnya, membuatnya merasa terlindungi.
Tunggu. Tubuh. Hangat.
Yoona berpikir di sela-sela tidurnya dan
dengan berat hati membuka matanya, God!
Ada Kyuhyun di hadapannya. Tunggu, tunggu bagaimana? Bagaimana?
A/N: maaf, sungguh jika ini sangat terlambat dan out of date. saya harap kalian tetep keep comment, saya terbuka (baca: seneng dikomentarin) ok kok kalo kalian pengen ngritik, kalo muji sih ya pasti sangat bersukur sayanya (muka tebel :P)
please enjoy the rest of the story.
PROUD TO BE MUSKETEERS