Fashion Against Love

by - 13:31


Chapter 4:
Leaving the Daydreaming


Ia masih sangat mengantuk dan badannya masih berkorporasi untuk melanjutkan tidur, tetapi kebutuhan untuk melaksanakan panggilan alam itu sungguh mengganggu tidurnya.
Akhirnya Kyuhyun memaksa matanya untuk terbuka dan merangsek keluar dari fluffy bedcover yang nyaman itu. Menunaikan dengan segera urusannya.
Tugas acclomplished. Masih dengan kantuk yang oh-so-disturbing, Kyuhyun berjalan kearah sofa lipat yang biasa ia gunakan untuk tidur. Dia benar-benar lupa bahwa ia dan Yoona sudah bertukar tempat. Ia lantas masuk ke dalam bedcover dan menarik paksa bedcover kearah ia meringkuk, namun ia merasa sedikit heran ketika bedcover itu justru ‘melawan’ perintahnya, ia merasa bedcover itu bergerak kearah yang berlawanan. Ok, ia cukup lelah untuk bertarung dengan makhluk asing, atau bedcover horror. Hingga akhirnya tidur membawanya.

***

Yoona sukses menganga lebar-lebar dan mengeluarkan reaksi seperti di drama-drama korea di tv apartemennya. Matanya membulat maksimal dan ia tercekat. Hal itu cukup untuk mengganggu Kyuhyun dari tidurnya yang nyaman. Laki-laki itu lantas membuka matanya dan mendapati sepasang mata cantik menatapnya. Ah, apakah ia sedang bermimpi? Sepertinya pagi benar-benar menyambutnya. Bukannya tersadar, Kyuhyun malah tersenyum menikmati pemandangan di hadapannya.
Is heaven like this? Pikirnya dintara ambang kesadaran. Ia menatap lagi kedua mata itu dan ia mulai menyadari sesuatu. Aku baru tau malaikat sangat mirip dengan Yoona, pikirnya lagi sambil terus mengamati mata itu.
Tunggu dulu, sepertinya ada yang salah. Kali ini kesadaran sepertinya sudah menyapanya. Ia mengalihkan pandangannya pada tangan tempat ia memeluk pinggang malaikat… malaikat? Memeluk? Ia kembali menatap mata itu dan kenyataan akhirnya menepuk kepala Kyuhyun keras.
Ia membulatkan matanya maksimal persis seperti apa yang Yoona lakukan. Seketika itu juga mereka sama-sama terperanjat bangun. Salah langkah, Kyuhyun yang belum sembuh benar justru merasakan kepalanya kembali berdenyut.
“Oppa, kau baik-baik saja?” Tanya Yoona tetap dalam posisinya.
“Aku tidak apa-apa, aku ke kamar mandi dulu.” Ucap Kyuhyun sambil bergegas menuju ke kamar mandi.
Melihat punggung Kyuhyun hilang dari balik pintu, Yoona terbengong dan mencoba mengingat apa yang terakhir kali ia lakukan semalam sampai-sampai kejadian barusan terjadi.
“Tadi malam aku tidak mabuk, tadi malam aku tidak menonton tv, woah, apa oppa berjalan dalam tidur?” Yoona menggelengkan kepalanya, berpikir pikiran bodoh apa yang baru saja ia pikirkan. Dan tanpa ia sadari, ia tersenyum kecil.

***

Pemotretan hari ini diambil di GWK. Karena menurut Donghae, tempat ini salah satu tempat terfavorit untuk dijadikan tempat pemotretan. So, why don’t they have a try?
Sayang sekali hari ini Donghae tidak bisa ikut dan yang memandu mereka kali ini adalah tour guide lokal.
“Fany-ah, aku rasa kau lebih cantik jika hanya memakai eye-liner,” ucap Sooyoung ketika Tiffany baru saja selesai dengan make-up nya.
You sure? The sunlight will tan my face sooner or later,” Tiffany menjawab tetapi ia juga sudah siap-siap mengambil kapas dan remover di tangannya.
Then you’ll look damn tempting.”
Tiffany terkekeh mendengar kata-kata Sooyoung dan akhirnya menyetujui usulan gadis itu.
Tidak beberapa lama, Tiffany already on feet. Dengan high-waisted skirt hitam, short sleeve top putih dan sepasang pastel colored Chuck Taylor’s sneakers.
That’s it. You look damn gorgeous.” Komentar Sooyoung membuat yang lain ikut menatap kearah Tiffany dan gadis itu membalasnya dengan infamous eye smile miliknya.
Dan pemotretan pun dimulai. Baru saja Kyuhyun mengambil dua atau tiga foto, ia menurunkan kameranya dan menyuruh Tiffany untuk beristirahat.
“Kyuhyun-ah, waeyo?” Tanya Sooyoung yang heran melihat Kyuhyun tiba-tiba menghentikan sesi pemotretan.
“Apa kalian tidak memilki planning untuk memiliki couple foto? Ini akan hambar jika hanya Tiffany sendiri. Lagi pula SM tiak hanya memiliki aktris bukan?”
“Ah, we sort of forget it. Lalu, bagaimana?”
Mereka setuju untuk menunda pemotretan dan mendiskusikan ulang konsep project mereka.
“Kyuhun-ah!”
Kyuhyun menoleh dan mendapati seorang laki-laki dibalik rayban hitam melambaikan tangan kepadanya. Ia mengerutkan keningnya sebentar, kemudian membalas lambaian tangan laki-laki itu.
“Changmin-ah!” ia bangkit dan menghampiri sahabatnya itu yang entah bagaimana bisa terdampar disini.
“Apa yang kau lakukan disini?”
“Berlibur.” Jawabnya santai tapi ia menangkap reaksi Sooyoung ketika gadis itu memutar bola matanya.
“Sooyoung-ah, waeyo?” tanyanya.
“Kenapa kau harus selalu ada ketika aku tidak ingin melihatmu,” jawabnya tanpa memedulikan sikapnya.
Changmin menepuk bahu Kyuhyun kemudian melangkah lebih dekat pada gadis itu, “That’s why it called as fate.” Ia juga menarik ujung bibirnya membentuk sebuah seringai kecil.
“Oh, then called that stupid cupid to take again the fate.” Kali ini Sooyoung tidak lagi menyembunyikan ekspresi iritasi yang dari tadi sudah ia tahan. Sementara Yoona, Soojung, dan Tiffany yang mengetahui pertengkaran mareka sejak lama hanya terkekeh.
Sooyoung dan Changmin selalu begini. It would be nice if there is love-hate relationship, tapi yang terjadi justru lebih kearah one-sided love against hate things called love. Ya, Sooyoung sudah tidak tertarik lagi dengan fluffy things like love, tainted pink cheeks, and so on relation to love. Dan ketika Changmin datang, sungguh ia datang pada waktu yang sangat salah. Jadilah selama ini mereka bertengkar dan Changmin tidak terlihat menyerah untuk sedikit saja membuka hati Sooyoung lagi.
Changmin sendiri adalah chairman W magazine. Banyak yang heran karena dengan usianya yang relatif muda, tapi ia bisa memegang jabatan setinggi itu. Well, ia bukan pewaris W magazine, ia murni menduduki jabatan itu karena kerja kerasnya. Maka dari itu, sebenarnya banyak sekali gadis yang rela jatuh untuknya. Yeah, tapi Changmin adalah Changmin. Ia justru tertarik pada gadis stubborn bernama Sooyoung.
“Aku rasa keberadaan Changmin akan membantu. Bagaimana kalau ia kita jadikan partner Tiffany?” usul Kyuhyun sekaligus meredakan api peperangan diantara mereka berdua.
NO! Definitely a no! Kita bisa mencari orang lain.” Sooyoung lantas memotong ucapan Kyuhyun dan menatap Changmin intens.
“Lalu siapa?” balas Kyuhyun dengan nada bosan.
“Donghae-oppa. He looks damn perfect.”
“ANDWAE!” kali ini Kyuhyun yang terang-terangan menolak. How come Donghae butted in this?
Dan jawabannya itu sukses menyita semua pandangan. Bahkan Changmin yang tadi memunggunginya kini ikut menatapnya dan meminta penjelasan.
“Maksudku, kenapa Donghae-hyung? Akan memakan waktu lagi untuk menunggunya, lagipula err… Donghae-hyung terlalu manis. It should be nice if the model looks a bit muscular.”
“Aku rasa Donghae-oppa cukup muscular akhir-akhir ini,” balas Soojung.
“Dengan sedikit eye-liner and he’ll look perfect,” Tiffany menambahkan.
Kyuhyun menatap kedua gadis itu iritasi kemudian meraih kameranya yang tergeletak di atas meja, “Right, call him then,” ucap Kyuhyun sambil beranjak pergi.
Di satu sisi, Sooyoung diam-diam menyeringai melihat ekspresi Kyuhun.
“Ok, kita akan meminta bantuan Changmin-ssi. Ini akan lebih efektif,” tegas Sooyoung sambil kembali menatap Changmin.
“Changmin-ssi apa kau bersedia menandatangani kontrak dadakan dari kami?” Sooyoung sengaja melunakkan suaranya agar proses birokrasi tidak bertele-tele.
Anytime, honey.” Jawabnya jail dan sukses memancing Sooyoung untuk menghadiahinya sebuah tatapan membunuh.
Beruntung Yoona membawa beberapa polo dan t-shirt dengan desain miliknya di strolling bag-nya. Dan karena keterbatasan waktu, Changmin mengenakan bawahan berupa celana Levis yang sampai di lututnya dan sepasang sneakers putih.
Dan sesi pemotretan pun berlangsung kembali. Semua kembali ke posisi, namun tiba-tiba Changmin menghampiri Kyuhyun dan berbisik, “Kau tidak peduli tapi kau sayang. Kau sayang tapi kau tidak peduli.”
Kyuhyun mengertukan keningnya dan menatap punggung Changmin yang menjauh.
“Ya! Changmin-ah!” tapi laki-laki itu tidak berbalik.

***

“Sooyoung-ah, kau tidak perlu terlalu kasar pada Changmin-oppa, he didn’t do something harm on you,” ceramah Yoona ketika mereka berada di selasar kamar Sooyoung.
Sooyoung mendesah pelan, “Aku ingin dia tau aku tidak ingin terlibat dalam hal ini dulu.”
“Aku tau. Tapi apa oppa mengerti?”
Then should I tell him right on his face?”
No. Bukan itu maksudku.” Tiba-tiba saja Yoona kehilangan kata-katanya.
“Aku mengerti, kau ingin yang terbaik untukku, ya kan? Percaya padaku Yoong, I’ll be fine. Sooner or later.”
Yoona mengangguk dan tersenyum kecil.
“Hei, ngomong-ngomong, kenapa dengan wajahmu? Kau terlihat pucat.”
“Entahlah, dari sejak pemotretan, aku sudah merasa mual.”
“Apa?! Could it be?” Sooyoung menggantungkan kalimatnya dan menatap Yoona dengan mata melebar.
“YA! Stop thinking nonsense! Jangan berpikir macam-macam.”

***

Bruk!
Suara gayung jatuh itu ternyata cukup untuk mengganggu tidur Kyuhyun. Ia gegas menyalakan lampu di samping kasur dan keluar dari kamar. Ia melihat sofa tempat Yoona tertidur berantakan. Yoona tidak ada disana. Kyuhyun bernafas lega ternyata suara gayung itu ternyata nyata dan bukan fiksi seperti ‘selimut horror’ kemarin malam.
Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil air minum dan kembali tidur, tapi ketika ia melewati kamar mandi dan menuju pantry, ia mendengar suara rintihan dari kamar mandi.
“Yoona? Yoona-ya?”
“Ne, oppa” jawab Yoona dengan suara parau.
“Kau tidak apa-apa?”
“Hmm-hmm.”
“Kau yakin?”
“Oppa, bisakah kau telepon Sooyoung sekarang?”
“Ya! Kau kenapa?”
“Aku butuh bantuannya.”
“Huh?”
“Cepatlah oppa. It damn hurts me.”
Kyuhyun akhirnya bergegas meraih handphone miliknya dan menelepon Sooyoung. Sial, Sooyoung mematikan handphonenya. Ia mencoba menelepon Soojung dan Tiffany tetapi hasilnya tetap nihil.
“Yoona-ya, kurasa mereka semua tertidur. Apa kau butuh sesuatu?” Tanya Kyuhyun sambil berdiri di depan pintu kamar mandi.
“Ini sakit.” Jawaban itu diikuti sebuah isakan kecil yang oh-so-pity-to-be-hear.
“Yoona-ya, kau kenapa? Buka pintunya, ayo kita ke rumah sakit.”
“Aku tidak bisa membuka pintunya.”
“Kenapa?”
“Karena ini sakit.”
God Yoona! Apa yang sakit? Buka pintunya!”
“Aku tidak bisa membukanya. Ini hari pertamaku.”
“Hari pertama? Hari pertama apa?”
You stupid kangaroo! I have my period!”
Kyuhyun tersentak.
1… 2… 3…
Strike! Kyuhyun mengerti dan membulatkan mulutnya mengucap ‘o’.
“Oppa?”
“Ne, ne Yoona-ya.”
“Boleh aku meminta bantuanmu?”
“Apa?”
“Aku lupa membawa persiapan, aku tidak membawa apapun di tasku. Err, dan Sooyoung tidak bisa dihubungi. Apa oppa…” Yoona menggantungkan kalimatnya menunggu persetujuan Kyuhyun sembari terus menekan rasa sakit di perutnya.
“Arasseo. Aku akan pergi sebentar.”
Terdengar derap langkah dan pintu tertutup, Kyuhyun sudah keluar dan mencari minimarket terdekat.

***

Beruntung dekat penginapan mereka ada sebuah minimarket yang buka 24 jam. Ia lantas masuk dan pergi ke bagian perawatan dan kesehatan.
Ia tersentak ketika melihat ada dua anak remaja perempuan sedang berdiri juga disana. Ia jadi urung untuk mendekati rak berisi pads.
Ketika kedua remaja itu pergi, ia langsung menuju rak itu lagi dan termangu. Disana ada begitu banyak merk dan warna. Ia bingung harus memilih yang mana. Ia mengambil dua merk sama dengan warna berbeda. Tapi disana ada keterangan perbedaan panjang. What the hell is this?
Ia mengambil lagi yang lain dan menemukan kata ‘wings’ disana. God, what is this? Ia kemudian melihat kearah lain dan menemukan setumpuk popok bayi. Sempat ia berpikir untuk membelikan Yoona itu, tetapi aghdjkhfe ia frustasi. Ia benar-benar clueless tentang masalah ini.
May I help you, youngman?” Tanya seorang ibu yang kelihatannya pemilik toko ini. Dan harus Kyuhyun akui, kemampuan bahasa asingnya mengagumkan untuk ukuran seusianya.
“Err, I sort of confuse…” Kyuhyun menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal dan menunduk menyembunyikan rasa malu. Ibu itu hanya terkekeh dan mengambil beberapa kebutuhan yang Kyuhyun yakin sangat Yoona butuhkan.
These are actually what woman needs. Believe me. Is this for your wife?”
Kyuhyun tersentak. Pipinya menghangat. Damn!
I see,” ibu itu membalas dan terkekeh sementara Kyuhyun masih mengutuki dirinya yang bereaksi berlebihan.
Setelah membayar belanjaannya, Kyuhyun berterima kasih kemudian bergegeas kembali ke penginapan.

***

Kyuhyun melipat kedua tangannya di depan dada sambil menunggu Yoona keluar dari kamar mandi.
Ketika gadis itu keluar, ia terlihat sangat bersalah dan menghampiri Kyuhyun.
“Oppa,” panggilnya pelan dan itu cukup untuk membuat Kyuhyun menoleh.
“Duduklah.”
Yoona mengambil tempat persis di sebelah Kyuhyun dan mulai menggigit bibir bawahnya. Bingung untuk memulai percakapan.
“Kau tau bagaimana paniknya aku saat kau terisak disana?”
“Hmm. Maaf.”
“Kau tau bagaimana malunya aku saat aku harus membeli keperluanmu itu?”
“Maaf.”
Kyuhyun tersenyum kecil melihat wajah di sampingnya yang terasa penuh bersalah.
Seharusnya ia tidak begini, tapi kali ini ia membiarkan keegoisannya menang. Keegoisan untuk sekali lagi saja bermain bersama gadis ini, untuk sekali saja menjadi pahlawan untuknya, untuk sekali saja melindunginya. Agar ketika ia terbangun besok, ia bisa benar-benar terbangun dari mimpinya.

You May Also Like

3 comments

  1. ya ampun, ktawa ngakak ini pas ngebayangin gmana bingung-nya seorg Cho Kyuhyun beli pembalut. Yasalam! xD

    keren keren. setiap update-an emang selalu keren. thumbs up deh!! ^^

    uwaa, itu part akhir agak bitersweet gmana gtu yaa. eh iya, msh blum tau alasan kyuna putus >,<

    huhuuu, keep writing yaa. selalu ditunggu part selanjutnya :-D

    ReplyDelete
  2. Ow yeaahhh!! i like it...
    setuju sama yang komen diatas. that's great! lets make some story again soon!!!

    ReplyDelete
  3. kyaaa suka sama kyuna momentnya <3 <3
    love it :)

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

Popular Posts

About