Fashion Against Love
Chapter 4:
Leaving the Daydreaming
Ia masih sangat mengantuk dan badannya masih
berkorporasi untuk melanjutkan tidur, tetapi kebutuhan untuk melaksanakan
panggilan alam itu sungguh mengganggu tidurnya.
Akhirnya Kyuhyun memaksa matanya untuk terbuka
dan merangsek keluar dari fluffy bedcover
yang nyaman itu. Menunaikan dengan segera urusannya.
Tugas acclomplished.
Masih dengan kantuk yang oh-so-disturbing, Kyuhyun berjalan kearah sofa lipat
yang biasa ia gunakan untuk tidur. Dia benar-benar lupa bahwa ia dan Yoona
sudah bertukar tempat. Ia lantas masuk ke dalam bedcover dan menarik paksa
bedcover kearah ia meringkuk, namun ia merasa sedikit heran ketika bedcover itu
justru ‘melawan’ perintahnya, ia merasa bedcover itu bergerak kearah yang berlawanan.
Ok, ia cukup lelah untuk bertarung dengan makhluk asing, atau bedcover horror.
Hingga akhirnya tidur membawanya.
***
Yoona sukses menganga lebar-lebar dan
mengeluarkan reaksi seperti di drama-drama korea di tv apartemennya. Matanya
membulat maksimal dan ia tercekat. Hal itu cukup untuk mengganggu Kyuhyun dari
tidurnya yang nyaman. Laki-laki itu lantas membuka matanya dan mendapati
sepasang mata cantik menatapnya. Ah, apakah ia sedang bermimpi? Sepertinya pagi
benar-benar menyambutnya. Bukannya tersadar, Kyuhyun malah tersenyum menikmati
pemandangan di hadapannya.
Is heaven
like this?
Pikirnya dintara ambang kesadaran. Ia menatap lagi kedua mata itu dan ia mulai
menyadari sesuatu. Aku baru tau malaikat
sangat mirip dengan Yoona, pikirnya lagi sambil terus mengamati mata itu.
Tunggu dulu, sepertinya ada yang salah. Kali
ini kesadaran sepertinya sudah menyapanya. Ia mengalihkan pandangannya pada
tangan tempat ia memeluk pinggang malaikat… malaikat? Memeluk? Ia kembali
menatap mata itu dan kenyataan akhirnya menepuk kepala Kyuhyun keras.
Ia membulatkan matanya maksimal persis
seperti apa yang Yoona lakukan. Seketika itu juga mereka sama-sama terperanjat
bangun. Salah langkah, Kyuhyun yang belum sembuh benar justru merasakan
kepalanya kembali berdenyut.
“Oppa, kau baik-baik saja?” Tanya Yoona tetap
dalam posisinya.
“Aku tidak apa-apa, aku ke kamar mandi dulu.”
Ucap Kyuhyun sambil bergegas menuju ke kamar mandi.
Melihat punggung Kyuhyun hilang dari balik
pintu, Yoona terbengong dan mencoba mengingat apa yang terakhir kali ia lakukan
semalam sampai-sampai kejadian barusan terjadi.
“Tadi malam aku tidak mabuk, tadi malam aku
tidak menonton tv, woah, apa oppa berjalan dalam tidur?” Yoona menggelengkan
kepalanya, berpikir pikiran bodoh apa yang baru saja ia pikirkan. Dan tanpa ia
sadari, ia tersenyum kecil.
***
Pemotretan hari ini diambil di GWK. Karena
menurut Donghae, tempat ini salah satu tempat terfavorit untuk dijadikan tempat
pemotretan. So, why don’t they have a try?
Sayang sekali hari ini Donghae tidak bisa
ikut dan yang memandu mereka kali ini adalah tour guide lokal.
“Fany-ah, aku rasa kau lebih cantik jika
hanya memakai eye-liner,” ucap
Sooyoung ketika Tiffany baru saja selesai dengan make-up nya.
“You
sure? The sunlight will tan my face
sooner or later,” Tiffany menjawab tetapi ia juga sudah siap-siap mengambil
kapas dan remover di tangannya.
“Then
you’ll look damn tempting.”
Tiffany terkekeh mendengar kata-kata Sooyoung
dan akhirnya menyetujui usulan gadis itu.
Tidak beberapa lama, Tiffany already on feet. Dengan high-waisted skirt hitam, short sleeve top putih dan sepasang pastel colored Chuck Taylor’s sneakers.
“That’s
it. You look damn gorgeous.” Komentar Sooyoung membuat yang lain ikut
menatap kearah Tiffany dan gadis itu membalasnya dengan infamous eye smile miliknya.
Dan pemotretan pun dimulai. Baru saja Kyuhyun
mengambil dua atau tiga foto, ia menurunkan kameranya dan menyuruh Tiffany
untuk beristirahat.
“Kyuhyun-ah, waeyo?” Tanya Sooyoung yang
heran melihat Kyuhyun tiba-tiba menghentikan sesi pemotretan.
“Apa kalian tidak memilki planning untuk memiliki couple foto? Ini akan hambar jika hanya
Tiffany sendiri. Lagi pula SM tiak hanya memiliki aktris bukan?”
“Ah, we
sort of forget it. Lalu, bagaimana?”
Mereka setuju untuk menunda pemotretan dan mendiskusikan
ulang konsep project mereka.
“Kyuhun-ah!”
Kyuhyun menoleh dan mendapati seorang
laki-laki dibalik rayban hitam
melambaikan tangan kepadanya. Ia mengerutkan keningnya sebentar, kemudian
membalas lambaian tangan laki-laki itu.
“Changmin-ah!” ia bangkit dan menghampiri
sahabatnya itu yang entah bagaimana bisa terdampar disini.
“Apa yang kau lakukan disini?”
“Berlibur.” Jawabnya santai tapi ia menangkap
reaksi Sooyoung ketika gadis itu memutar bola matanya.
“Sooyoung-ah, waeyo?” tanyanya.
“Kenapa kau harus selalu ada ketika aku tidak
ingin melihatmu,” jawabnya tanpa memedulikan sikapnya.
Changmin menepuk bahu Kyuhyun kemudian
melangkah lebih dekat pada gadis itu, “That’s
why it called as fate.” Ia juga menarik ujung bibirnya membentuk sebuah
seringai kecil.
“Oh,
then called that stupid cupid to take again the fate.” Kali ini Sooyoung
tidak lagi menyembunyikan ekspresi iritasi yang dari tadi sudah ia tahan.
Sementara Yoona, Soojung, dan Tiffany yang mengetahui pertengkaran mareka sejak
lama hanya terkekeh.
Sooyoung dan Changmin selalu begini. It would be nice if there is love-hate
relationship, tapi yang terjadi justru lebih kearah one-sided love against hate things called love. Ya, Sooyoung sudah
tidak tertarik lagi dengan fluffy things
like love, tainted pink cheeks, and so on relation to love. Dan ketika
Changmin datang, sungguh ia datang pada waktu yang sangat salah. Jadilah selama
ini mereka bertengkar dan Changmin tidak terlihat menyerah untuk sedikit saja
membuka hati Sooyoung lagi.
Changmin sendiri adalah chairman W magazine. Banyak yang heran karena dengan usianya yang
relatif muda, tapi ia bisa memegang jabatan setinggi itu. Well, ia bukan pewaris W
magazine, ia murni menduduki jabatan itu karena kerja kerasnya. Maka dari
itu, sebenarnya banyak sekali gadis yang rela jatuh untuknya. Yeah, tapi Changmin adalah Changmin. Ia
justru tertarik pada gadis stubborn
bernama Sooyoung.
“Aku rasa keberadaan Changmin akan membantu.
Bagaimana kalau ia kita jadikan partner Tiffany?” usul Kyuhyun sekaligus meredakan
api peperangan diantara mereka berdua.
“NO!
Definitely a no! Kita bisa mencari
orang lain.” Sooyoung lantas memotong ucapan Kyuhyun dan menatap Changmin
intens.
“Lalu siapa?” balas Kyuhyun dengan nada
bosan.
“Donghae-oppa. He looks damn perfect.”
“ANDWAE!” kali ini Kyuhyun yang
terang-terangan menolak. How come
Donghae butted in this?
Dan jawabannya itu sukses menyita semua
pandangan. Bahkan Changmin yang tadi memunggunginya kini ikut menatapnya dan
meminta penjelasan.
“Maksudku, kenapa Donghae-hyung? Akan memakan
waktu lagi untuk menunggunya, lagipula err… Donghae-hyung terlalu manis. It should be nice if the model looks a bit
muscular.”
“Aku rasa Donghae-oppa cukup muscular akhir-akhir ini,” balas
Soojung.
“Dengan sedikit eye-liner and he’ll look perfect,” Tiffany menambahkan.
Kyuhyun menatap kedua gadis itu iritasi
kemudian meraih kameranya yang tergeletak di atas meja, “Right, call him then,” ucap Kyuhyun sambil beranjak pergi.
Di satu sisi, Sooyoung diam-diam menyeringai
melihat ekspresi Kyuhun.
“Ok, kita akan meminta bantuan Changmin-ssi.
Ini akan lebih efektif,” tegas Sooyoung sambil kembali menatap Changmin.
“Changmin-ssi apa kau bersedia menandatangani
kontrak dadakan dari kami?” Sooyoung sengaja melunakkan suaranya agar proses
birokrasi tidak bertele-tele.
“Anytime,
honey.” Jawabnya jail dan sukses memancing Sooyoung untuk menghadiahinya
sebuah tatapan membunuh.
Beruntung Yoona membawa beberapa polo dan t-shirt dengan desain miliknya di strolling bag-nya. Dan karena keterbatasan waktu, Changmin
mengenakan bawahan berupa celana Levis
yang sampai di lututnya dan sepasang sneakers putih.
Dan sesi pemotretan pun berlangsung kembali.
Semua kembali ke posisi, namun tiba-tiba Changmin menghampiri Kyuhyun dan
berbisik, “Kau tidak peduli tapi kau sayang. Kau sayang tapi kau tidak peduli.”
Kyuhyun mengertukan keningnya dan menatap
punggung Changmin yang menjauh.
“Ya! Changmin-ah!” tapi laki-laki itu tidak
berbalik.
***
“Sooyoung-ah, kau tidak perlu terlalu kasar
pada Changmin-oppa, he didn’t do
something harm on you,” ceramah Yoona ketika mereka berada di selasar kamar
Sooyoung.
Sooyoung mendesah pelan, “Aku ingin dia tau
aku tidak ingin terlibat dalam hal ini dulu.”
“Aku tau. Tapi apa oppa mengerti?”
“Then
should I tell him right on his face?”
“No.
Bukan itu maksudku.” Tiba-tiba saja Yoona kehilangan kata-katanya.
“Aku mengerti, kau ingin yang terbaik
untukku, ya kan? Percaya padaku Yoong,
I’ll be fine. Sooner or later.”
Yoona mengangguk dan tersenyum kecil.
“Hei, ngomong-ngomong, kenapa dengan wajahmu?
Kau terlihat pucat.”
“Entahlah, dari sejak pemotretan, aku sudah
merasa mual.”
“Apa?! Could
it be?” Sooyoung menggantungkan kalimatnya dan menatap Yoona dengan mata
melebar.
“YA! Stop
thinking nonsense! Jangan berpikir macam-macam.”
***
Bruk!
Suara gayung jatuh itu ternyata cukup untuk
mengganggu tidur Kyuhyun. Ia gegas menyalakan lampu di samping kasur dan keluar
dari kamar. Ia melihat sofa tempat Yoona tertidur berantakan. Yoona tidak ada
disana. Kyuhyun bernafas lega ternyata suara gayung itu ternyata nyata dan
bukan fiksi seperti ‘selimut horror’ kemarin malam.
Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil air
minum dan kembali tidur, tapi ketika ia melewati kamar mandi dan menuju pantry,
ia mendengar suara rintihan dari kamar mandi.
“Yoona? Yoona-ya?”
“Ne, oppa” jawab Yoona dengan suara parau.
“Kau tidak apa-apa?”
“Hmm-hmm.”
“Kau yakin?”
“Oppa, bisakah kau telepon Sooyoung
sekarang?”
“Ya! Kau kenapa?”
“Aku butuh bantuannya.”
“Huh?”
“Cepatlah oppa. It damn hurts me.”
Kyuhyun akhirnya bergegas meraih handphone
miliknya dan menelepon Sooyoung. Sial, Sooyoung mematikan handphonenya. Ia
mencoba menelepon Soojung dan Tiffany tetapi hasilnya tetap nihil.
“Yoona-ya, kurasa mereka semua tertidur. Apa
kau butuh sesuatu?” Tanya Kyuhyun sambil berdiri di depan pintu kamar mandi.
“Ini sakit.” Jawaban itu diikuti sebuah
isakan kecil yang oh-so-pity-to-be-hear.
“Yoona-ya, kau kenapa? Buka pintunya, ayo
kita ke rumah sakit.”
“Aku tidak bisa membuka pintunya.”
“Kenapa?”
“Karena ini sakit.”
“God
Yoona! Apa yang sakit? Buka pintunya!”
“Aku tidak bisa membukanya. Ini hari
pertamaku.”
“Hari pertama? Hari pertama apa?”
“You
stupid kangaroo! I have my period!”
Kyuhyun tersentak.
1… 2… 3…
Strike! Kyuhyun
mengerti dan membulatkan mulutnya mengucap ‘o’.
“Oppa?”
“Ne, ne Yoona-ya.”
“Boleh aku meminta bantuanmu?”
“Apa?”
“Aku lupa membawa persiapan, aku tidak
membawa apapun di tasku. Err, dan Sooyoung tidak bisa dihubungi. Apa oppa…”
Yoona menggantungkan kalimatnya menunggu persetujuan Kyuhyun sembari terus
menekan rasa sakit di perutnya.
“Arasseo. Aku akan pergi sebentar.”
Terdengar derap langkah dan pintu tertutup,
Kyuhyun sudah keluar dan mencari minimarket terdekat.
***
Beruntung dekat penginapan mereka ada sebuah
minimarket yang buka 24 jam. Ia lantas masuk dan pergi ke bagian perawatan dan
kesehatan.
Ia tersentak ketika melihat ada dua anak
remaja perempuan sedang berdiri juga disana. Ia jadi urung untuk mendekati rak
berisi pads.
Ketika kedua remaja itu pergi, ia langsung
menuju rak itu lagi dan termangu. Disana ada begitu banyak merk dan warna. Ia
bingung harus memilih yang mana. Ia mengambil dua merk sama dengan warna
berbeda. Tapi disana ada keterangan perbedaan panjang. What the hell is this?
Ia mengambil lagi yang lain dan menemukan
kata ‘wings’ disana. God, what is this? Ia kemudian melihat
kearah lain dan menemukan setumpuk popok bayi. Sempat ia berpikir untuk
membelikan Yoona itu, tetapi aghdjkhfe ia frustasi. Ia benar-benar clueless tentang masalah ini.
“May I
help you, youngman?” Tanya seorang ibu yang kelihatannya pemilik toko ini.
Dan harus Kyuhyun akui, kemampuan bahasa asingnya mengagumkan untuk ukuran
seusianya.
“Err, I
sort of confuse…” Kyuhyun menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal
dan menunduk menyembunyikan rasa malu. Ibu itu hanya terkekeh dan mengambil
beberapa kebutuhan yang Kyuhyun yakin sangat Yoona butuhkan.
“These
are actually what woman needs. Believe
me. Is this for your wife?”
Kyuhyun tersentak. Pipinya menghangat. Damn!
“I see,”
ibu itu membalas dan terkekeh sementara Kyuhyun masih mengutuki dirinya yang
bereaksi berlebihan.
Setelah membayar belanjaannya, Kyuhyun
berterima kasih kemudian bergegeas kembali ke penginapan.
***
Kyuhyun melipat kedua tangannya di depan dada
sambil menunggu Yoona keluar dari kamar mandi.
Ketika gadis itu keluar, ia terlihat sangat
bersalah dan menghampiri Kyuhyun.
“Oppa,” panggilnya pelan dan itu cukup untuk
membuat Kyuhyun menoleh.
“Duduklah.”
Yoona mengambil tempat persis di sebelah
Kyuhyun dan mulai menggigit bibir bawahnya. Bingung untuk memulai percakapan.
“Kau tau bagaimana paniknya aku saat kau
terisak disana?”
“Hmm. Maaf.”
“Kau tau bagaimana malunya aku saat aku harus
membeli keperluanmu itu?”
“Maaf.”
Kyuhyun tersenyum kecil melihat wajah di
sampingnya yang terasa penuh bersalah.
Seharusnya ia tidak begini, tapi kali ini ia
membiarkan keegoisannya menang. Keegoisan untuk sekali lagi saja bermain
bersama gadis ini, untuk sekali saja menjadi pahlawan untuknya, untuk sekali
saja melindunginya. Agar ketika ia terbangun besok, ia bisa benar-benar
terbangun dari mimpinya.
3 comments
ya ampun, ktawa ngakak ini pas ngebayangin gmana bingung-nya seorg Cho Kyuhyun beli pembalut. Yasalam! xD
ReplyDeletekeren keren. setiap update-an emang selalu keren. thumbs up deh!! ^^
uwaa, itu part akhir agak bitersweet gmana gtu yaa. eh iya, msh blum tau alasan kyuna putus >,<
huhuuu, keep writing yaa. selalu ditunggu part selanjutnya :-D
Ow yeaahhh!! i like it...
ReplyDeletesetuju sama yang komen diatas. that's great! lets make some story again soon!!!
kyaaa suka sama kyuna momentnya <3 <3
ReplyDeletelove it :)