Fashion Against Love
Chapter 5:
Is there any turning back?
Hari keempat mereka di Bali dan artinya ini
juga menjadi hari terakhir mereka disana. Sesuai dengan schedule yang sudah disusun oleh Soojung, mereka memang hanya akan
tinggal di Bali selama empat hari. Err, alasan lainnya adalah they have cost limit okay.
Hari ini rencananya adalah wrap-up the concept. Untuk project mereka yang akan diberikan pada
SM, kali ini mereka memakai ide mini
photo-book. Jadi, proposal mereka akan diajukan dalam bentuk mini
photo-book, tidak seperti proposal sebelumnya yang selalu dalam bentuk
boring-called-as-makalah.
Sebetulnya semua page untuk mini photo-book mereka sudah rampung, dan bagian yang
belum hanya pada part introduction page.
Rencananya pada page ini mereka akan
berfoto bersama, including whoever which
is hard working on making this. Dan thanks
god ini Bali, jadi mereka langsung memberikan konsep tradisional spesial
untuk page ini.
Sebelumnya, Yoona juga sudah menghubungi Anne
Avante, infamous designer of national
dressing of Indonesia, ia memintanya untuk mendesain beberapa kebaya simpel
khas Indonesia. Mereka hanya ingin mewujudkan rasa terima kasih mereka pada
Bali, yang oh-really-welcoming.
Dan tempat yang dituju adalah Nusa Dua.
Sebuah pulau yang berada di paling selatan pulau Bali. Butuh 30 menit untuk
mencapai pulau ini jika ditempuh dari bandara internasional Ngurah Rai.
Ketika mereka semua, Yoona, Sooyoung,
Soojung, Tiffany, Changmin, Kyuhyun, seorang kru Kyuhyun, dan Donghae tiba
disana, Nusa Dua tidak dalam begitu keadaan yang ramai. Entahlah, mungkin efek
dari embel-embel ‘eksklusif’ yang selalu melekat padanya jika kita sebut Nusa
Dua.
It’s no
doubt when you say it as exclusive, because god the beach is perfect and the
surrounding is just great. Pantai putih, kawasan asri dan not to mention berkelas makin membuat mereka dengan rela
meninggalkan kata lelah.
Mereka bergegas untuk bersiap-siap sementara
Kyuhyun dan Donghae sudah siap di pantai Nusa Dua.
“Kyuhyun-ah, aku dengar ini hari terakhir
kalian, benarkah?” Tanya Donghae sambil menatap aktivitas yang Kyuhyun kerjakan
“Hmm, ada apa hyung? Kau sedih karena tidak
akan bertemu Yoona lagi?” oh, is he
really do that? Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. He mentally slapped himself.
Donghae terkekeh mendengar ucapan Kyuhyun dan
sedikit menggelengkan kepalanya dalam ketersimaan.
“Entahlah, mungkin. Ya, mungkin aku akan
merindukannya.”
Kyuhyun diam-diam menarik nafas, what would he expect? Yoona just too perfect to be missed. And wait, heck! Is he being a whiny pig? Tidak, Kyuhyun tidak akan cemburu.
Lagipula ia sama sekali tidak memiliki hak untuk cemburu.
Akhirnya, mereka yang bersiap sudah
benar-benar siap. Balutan kebaya off-white dan kain batik yang mencapai lutut
mereka membuat kesan mereka terlihat seperti warga lokal. Mereka tidak memakai heavy make-up dan rambut mereka
dibiarkan menyamping di satu bahu. The
view just great.
Sementara err... para lelaki? Yeah, mereka mengenakan kemeja putih,
kain catur khas Bali yang diikat dipinggang, celana cargo selutut dan ikat
kepala yang lagi-lagi khas Bali.
Kyuhyun baru saja akan membuka mulutnya untuk
mengatakan sesuatu, tapi Changmin lebih dulu memotongnya, “Wow, aku tidak tau
kalian bisa berubah seperti ini?”
“I’ll
take that as a compliment,” balas Sooyoung kalem dan mereka pun mulai
mengatur posisi. Dan karena Sooyoung selalu ribut bahwa Kyuhyun harus berfoto
dengan mereka, jadilah yang mengambil foto salah seorang kru Kyuhyun.
“Donghae-oppa!” teriak Soojung sambil
menggerakkan tangannya ekspresif. Meminta Donghae untuk bergabung. Awalnya
Donghae menolak, tapi tiga tatapan membunuh dari Sooyoung, Soojung dan Tiffany
membuatnya mengalah, kemudian bersiap dan ikut dalam frame tersebut.
Beberapa foto sudah mereka dapatkan dan
pemotretan pun berakhir. Mereka berteriak senang dan saling mengucap terima
kasih.
Sebelum pulang mereka berencana untuk membeli
oleh-oleh di outlet-outlet di Nusa Dua.
***
Yoona berjalan berdampingan dengan Kyuhyun
menyusuri outlet-outlet disana. Awalnya mereka sama-sama merasa canggung, tapi
ketika Yoona tertarik akan sesuatu ia pasti akan secara tidak sadar menarik
lengan Kyuhyun untuk masuk ke dalam salah satu outlet seperti saat ini.
Sekarang mereka berada di dalam salah satu outlet yang menjual aneka topeng.
Mereka bersama melihat-lihat dan saling
mengejek dengan menempelkan topeng karakter jelek di wajah satu sama lain.
“Yoona, ini!” seru Kyuhyun sambil menempelkan
topeng dengan wajah terjelek, menurut Kyuhyun, di wajah Yoona.
“Sirheo!” Yoona menolak dan memukul bahu
Kyuhyun.
Ketika melihat gadis itu masih cemberut,
Kyuhyun langsung merangkul bahunya dan menunduk berterima kasih pada pelayan
toko tersebut, kemudian bergegas keluar.
“Hey, sampai kapan kau akan begitu, huh?”
Tanya Kyuhyun sambil menatap gadis di sebelahnya. Yoona tidak menjawab.
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, “Yoona?”
Yoona menoleh dan menaikkan satu alisnya.
“Err, kau mau es krim?”
Yoona membulatkan matanya dan berhenti
kemudian menatap Kyuhyun tidak percaya, “Es krim? Sepotong es krim! Apa aku terlihat
anak TK untukmu? Huh?!”
***
Mereka berjalan hand in hand.
Yoona berjalan dengan terlihat sangat senang,
sementara Kyuhyun di sampingnya hanya tersenyum tidak percaya. Bagaimana bisa
gadis yang tadi cemberut itu bisa berubah seperti anak TK ketika mendapat
sebatang es lilin. Sebenarnya tadi ketika Kyuhyun tawari es krim Yoona
jelas-jelas menolak, tetapi gadis itu langsung meminta dengan suara pelan ia
ingin es lilin yang kebetulan berada di sebrang jalan.
“Kau tau, ini es krim lokal yang sangat enak.
Oppa, coba ini!” seru Yoona sambil mencondogkan es lilinnya ke mulut Kyuhyun.
“Kau makan saja.”
“Tidak bisa. Kau cobalah juga, oppa,” Kyuhyun
menatapnya sebal, tetapi gadis keras kepala itu justru terkekeh. Akhirnya
Kyuhyun mengalah dan menggigit sedikit bagian dari es lilin itu. Hmm, enak
juga, pikirnya.
***
Hari beranjak senja dan mereka harus bergegas
pulang, karena pesawat yang mereka gunakan untuk pulang take off sekitar pukul
09.00 malam.
Sepanjang perjalanan menuju hotel, mereka
habiskan dengan mengejek satu sama lain. Membeberkan kejelekan masa lalu, dan
akhirnya tertawa, namun tawa itu terhenti ketika mereka berhadapan dengan
seseorang yang justru memblokade jalan mereka menuju kamar mereka.
“Sooyoung-ah, waeyo?” Tanya Yoona heran.
Sooyoung sendiri hanya berdiri diam disana, kedua tangannya terlipat di depan
dan matanya menatap kedua orang di hadapannya dengan tatapan yang sangat
serius.
“Kenapa kalian harus putus, huh?”
Yoona dan Kyuhyun, keduanya sama-sama
terlihat kaget dengan omongan Sooyoung, kemudian mereka menyadari bahwa mereka
terlalu nyaman dan lupa bahwa faktanya mereka tidak dalam term berpacaran lagi.
Keduanya seperti sama-sama tersengat listrik,
cepat-cepat melepaskan genggaman mereka satu sama lain.
“Aku tau kalian berdua memang bodoh. Dan
lihat, tidak seharusnya kalian putus.”
Yoona mendesah dan menarik lengan Sooyoung,
“Cukup, Sooyoung-ah.”
***
Pesawat akan take off sekitar 15 menit lagi,
dan mereka masih memiliki waktu untuk mengobrol dan mengucapkan perpisahan pada
Donghae dan juga Changmin yang kebetulan ikut mengantar.
“Changmin-ah, kau tidak pulang ke Korea
bersama kami?” Tanya Kyuhyun.
“Masih ada yang harus kukerjakan disini,
kalian baik-baiklah sampai disana.”
Mereka saling melanjutkan obrolan untuk
setidaknya membunuh lima belas menit yang tersisa. Tetapi, di tengah percakapan
itu, Sooyoung menarik lengan Donghae untuk sedikit menjauh.
“Oppa, aku sangat berterima kasih atas semua
bantuanmu,” katanya sambil menatap orang di hadapannya.
“Aku senang jika itu memang membantu, tapi
Sooyoung-ah, apa kau yakin mereka masih saling—“
“Aku yakin. Aku berani bersumpah demi semua
Versace yang aku miliki, oppa.”
Donghae hanya terkekeh dan tiba-tiba dari
arah belakang, ia merasa ada seseorang yang menepuknya.
Mereka berdua sama-sama menoleh dan mendapati
seorang gadis dengan honey-skin, berdiri melipat tangan di depan dada.
“Aku rasa ada yang berjanji menyambut
kedatanganku hari ini, tapi aku tak menemukannya di gate kedatangan,” katanya berpura-pura sarkastik.
“Sica-ya,” suara Donghae tercekat dan itu
membuat Jessica tertawa lepas. Ia sampai harus menutup mulutnya karena ekspresi
Donghae yang sangat priceless.
“Sica-eonni!” Sooyoung lebih dulu sadar dan
memeluk seniornya di bidang modeling itu.
Mereka berpelukan dalam waktu singkat dan saling
bertukar kabar.
“So,
you guys officially dating?” Sooyoung bertanya dalam ketersimaan, “Eonni,
ada sesuatu yang perlu kujelaskan, aku takut ini akan jadi salah paham—“
“Aku tau, kau meminta bantuan Donghae agar
Yoona dan err, Kyujun kembali bersama, kan?”
“Kyuhyun, eonni. Namanya Kyuhyun.”
“Whatever,”
Jessica mengibaskan lengannya tanda tak begitu peduli.
Mereka masih sibuk mengobrol, ketika
pengumuman keberangkatan pesawat mereka diumumkan. So, they have to go.
***
Yoona masih terlihat sibuk mencari i-pod nya,
sampai-sampai ia harus berjinjit karena ia tidak dapat menemukannya di bagian
terluar tasnya, ia harus merogoh jauh ke dalam dan ia tidak ingin bersusah
payah mengangkut dan menurunkan tasnya. She’s
just being lazy okay.
“Ah, why
with this stupid bag?” dia bergumam sendiri sambil menggigit bibir bawah,
tanda bahwa ia sedang dalam keadaan serius total.
Sebuah tangan tiba-tiba saja menghentikan
aktivitasnya dan ketika ia menoleh, ia mendapati Kyuhyun berdiri disana.
Menawarkan bantuan.
Sementara Kyuhyun mencari, Yoona hanya
berdiri disana, menunggu barangnya terambil. Dan benar saja, kehebatan memiliki
tinggi badan terbukti, tidak lebih dari dua menit, i-pod milik Yoona sudah ada
di hadapannya.
“Terimakasih,” Yoona berseru senang dan
berbalik menuju tempatnya duduk.
Ini tidak aneh bagi gadis itu, tapi ketika ia
yang melihat punggung itu menjauh sekali
lagi, tangannya mengepal dan rahangnya mengatup keras.
***
Uap dari secangkir kopi itu masih mengepul
dan Kyuhyun masih enggan untuk meminumnya. Ia melirik jam di dinding dan
mendesah. Yoona terlambat lagi malam ini.
Ini
semua terasa tidak benar, ia dan Yoona sudah mencapai tahun keempat dan yang
mereka lakukan beberapa bulan terakhir ini hanya bertengkar dan bertengkar. Ia
tidak habis pikir bagaimana hal kecil sedikitpun bisa memancing emosi mereka
berdua.
Kyuhyun merebahkan punggungnya di backrest
sofa dan menatap langit-langit apartemen. Kemudian pandangannya beralih pada
kotak kecil yang berada tepat di samping cangkirnya yang masih mengepul. Ia
meraih kotak kecil itu dan membukanya. Cincin itu masih disana. Cincin yang
seharusnya tersemat di jari manis Yoona dan miliknya sendiri. Cincin yang
seharusnya berusia satu bulan di tangan mereka, tetapi yang terjadi cincin itu
masih pada tempatnya.
Tak lama kemudian, pintu apartemen terbuka
dan menampilkan gadis yang ia tunggu dalam keadaan lelah.
“Yoona-ya, ada yang ingin aku bicarakan.”
“Jangan sekarang, oppa. Aku lelah,” jawabnya
sambil meletakkan scarf di gantungan sebelah pintu.
“Sampai kapan kita akan seperti ini? Apa kau
tidak lelah?”
“Aku lebih letih lagi jika membicarakannya
sekarang, oppa.”
“Kita tidak memilki banyak waktu, Yoona.”
“Kita memang tidak memilki waktu untuk satu
sama lain, oppa. Semuanya berubah.”
Entahlah apa yang sedang dipikirkan Yoona,
dan Kyuhyun menangkap nada lelah itu tepat masuk ke telinganya.
Kyuhyun melangkah mendekat dan mengangkat
dagunya, dia lebih dari sekedar paham bahwa ada bahasa penolakan disana. Ia
kemudian merengkuh Yoona ke pelukannya, memeluknya erat sebelum akhirnya
berbisik, “Kita akhiri saja.”
Yoona tau jika hal ini mungkin akan terjadi,
dan ia sudah mengantisipasinya. Ia kemudian melepaskan pelukan Kyuhyun dan
tersenyum lembut, “Jaga dirimu baik-baik, oppa,” ia sedikit berjingkat kemudian
memberinya sebuah ciuman singkat dan menepuk pipinya pelan. Ia juga pamit untuk
lebih dulu masuk ke kamarnya.
Kyuhyun menatap punggung itu menjauh dan
hilang dibalik pintu.
***
neol bomyeon (nan) useumman (nawa) sujubeun
misokkajido Yeah
nal boneun ne nunbicheun seulpeun geol hoksi
ibyeoreul malharyeogo hani Baby
maeilgachi tto banbokdoel nae moseube neoneun
geurido jichyeonneunji nal yongseohagenni?
dasi hanbeon deo saenggakhae saenggakhaejullae
ijeneun nochi anheulge
Lagu Y milik Super Junior mengalun pelan di stereo
set mobil Kyuhyun, menariknya kembali dari sekilas ingatannya. Ia melihat kota
langit kota Seoul beranjak berubah menjadi palet oranye biru yang menandakan
pagi sebentar lagi datang. Selama penerbangan tadi ia tidak bisa beristirahat
dan sekarang kantuk tiba-tiba saja menyerang. Ia mengerjapkan mata dan langsung
mematikan stereo setnya, “I don’t need any flashback now.”
A/N : entah ini sedih atau ngga, tapi kayanya ngga *nggapapa the next post will be the last chapter. hal lain yg ngga begitu penting ya (masih) saya post ini juga di wp Fashion Against Love chapter 5
comments are loved always^^
2 comments
you moved on wp now? isinya juga sama?
ReplyDeleteaahh...I like it..atau bisa dibilang awesome!
so, cerita ini cuma 6 chapter? ah sedihnyaa~
are you plan new story?? *blinkblink*
nggak sedih sih hehehe :P
ReplyDeleteauthor mau pindah ke wp?? yg blogspotnya di update juga nggak>?? okelah update soon aja yah.. :)